1. HAKEKAT
MIPA
Hakekat
MIPA adalah melihat suatu masalah secara logis, mampumemecahkan masalah secara
rasional,dimana adanya sikap mencintai kebenaran,rasional, faktawi, jujur dan
objektif.
Matematika timbul
karena pikiran-pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Ide-ide
yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran manusia itu merupakan sistem-sistem yang
bersifat
untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing sistem bersifat deduktif sehingga berlaku umum dalam menyelesaikan masalah. Dari istilah, IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitas beserta isinya.
untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing sistem bersifat deduktif sehingga berlaku umum dalam menyelesaikan masalah. Dari istilah, IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitas beserta isinya.
Hal ini berarti IPA
mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul
di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif.
Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif
tentang alam sekitar beserta isinya. Hakekat MIPA adalah Ide-ide yang
dihasilkan oleh pikiran-pikiran manusia yang bukan hanya bergelutik dalam
hitung-menghitung saja tetapi juga berhubungan dengan ilmu yang mempelajari
tentang alam sekitar beserta isinya dan teknologi.
Ciri-ciri MIPA
a. Pengetahuan
yang sangat terstruktur dalam arti antara bagian yang satu dengan bagian yang
lain terjalin hubungan fungsional yang erat.
b. Karena itu
konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam MIPA akan lebih mudah dikuasai jika
disajikan dalam bentuk terkait satu dengan yang lain dengan simpulan-simpulan
yang jelas.
c. Penerapan
berbagai pengertian dan prinsip MIPA dalam taraf sederhana terhadap masalah
alamiah seringkali memerlukan: keterpaduan berbagai komponen MIPA, dengan
Matematika sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif
sedangkan fisika, kimia, biologi sebagai deskripsi permasalahan yang ada.
d. Untuk
menekuninya diperlukan kecintaan yang dalam terhadap ilmu sebagai suatu sistem
logis yang indah dan ampuh.
a.
Hakekat
Matematika
Untuk dapat memahami bagaimana hakikatnya matematika itu, kita dapat
memperhatikan pengertian istilah matematika dan beberapa deskripsi yang
diuraikan para ahli berikut: Di antaranya,
·
Romberg mengarahkan hasil penelaahannya tentang matematika kepada tiga
sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana administrasi sekolah
dan penyusun kurikulum memandang bahwa matematika merupakan ilmu statis dengan
disipilin yang ketat. Kedua, selama kurun waktu dua dekade terakhir ini,
matematika dipandang sebagai suatu usaha atau kajian ulang terhadap matematika
itu sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika itu? bagaimana
cara kerja para matematikawan? dan bagaimana mempopulerkan matematika? Selain
itu, matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang
tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan,
esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual. (Jackson,
1992:750).
·
Ernest melihat matematika sebagai suatu konstruktivisme sosial yang
memenuhi tiga premis sebagai berikut: i) The basis of mathematical
knowledge is linguistic language, conventions and rules, and language is a
social constructions; ii) Interpersonal social processes are required to turn
an individual’s subjective mathematical knowledge, after publication, into
accepted objective mathematical knowledge; and iii) Objectivity itself will be
understood to be social. (Ernest, 1991:42). Selain Ernest, terdapat
sejumlah tokoh yang memandang matematika sebagai suatu konstruktivisme sosial.
Misalnya, Dienes mengatakan bahwa matematika adalah ilmu seni
kreatif. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai
ilmu seni. (Ruseffendi, 1988:160).
·
Bourne juga memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan
penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai makhluk yang
aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing that yang dianut oleh
kaum absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai mahluk yang pasif dan seenaknya
dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan. (Romberg, T.A. 1992: 752).
·
Kitcher lebih memfokuskan perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan
matematika. (Jackson, 1992:753). Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas
komponen-komponen: 1) bahasa (language) yang dijalankan oleh para
matematikawan, 2) pernyataan (statements) yang digunakan oleh para
matematikawan, 3) pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum
terpecahkan, 4) alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan,
dan 5) ide matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih luas matematika
dipandang sebagai the science of pattern.
Sejalan dengan kedua pandangan di atas, Sujono
(1988:5) mengemukakan beberapa pengertian matematika. Di antaranya, matematika
diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara
sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran
yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan
matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan
kesimpulan.
PERANAN MATEMATIKA TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
ALAM
Menurut dugaan
sejarah, kemampuan manusia untuk mulai dapat menulis sama tuanya dengan
kemampuan manusia untuk dapat berhitung, yaitu kurang lebih 10.000 tahun
sebelum masehi. Tulisan itu pada hakekatnya simbol dari apa yang ia tulis.
Berhitung, pada awal
mulanya berbentuk korespondensi persatuan dari onyek yang dihitung. Misalnya
sesorang ingin menghitung berapa jumlah ternaknya, maka ternak itu dimasukkan
ke dalam kandang satu persatu. Tiap ekor diwakili oleh satu batu kecil, maka
jumlah ternaknya adalah jumlah batu kecil itu. Dengan sekantung batu-batu itu
ia dapat mengontrol apakah ada ternak yang belum kembali atau hilang atau malah
bertambah karena beranak.
Jadi, setiap awal
kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk mengatasi setiap
permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Sumbangan matematika terhadap
perkembangan IPA sudah jelas bahkan boleh dikatakan bahwa tanpa matematika IPA
tidak akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena IPA menggantungkan diri
dari metode induksi. Dengan metoda induksi semata tak mungkin orang mengetahui
jarak antara bumi dan bulan atau bumi dnegan matahari, bahkan untuk menyatakan
keliling bumi saja hampir tidak mungkin. Berkat bantuan matematikalah maka
Erathotenes (240 SM) pada zaman Yunani dapat menghitung besarnya bumi dnegan
metode gabungan antara induksi dan deduksi matematika
Adapaun ahli-ahli
matematika yang banyak sumbangannya dalam Ilmu Pengetahuan Alam , antara lain :
1.
Pythagoras mengadakan perhitungan terhadap benda-benda berbentuk segi banyak.
2.
Apollonius mengadakan perhitungan pada benda-benda yang bergaris lengkung.
Kepler (1609) berjasa dalam perhitungan jarak predaran yang berbentuk elips
dari planet-planet.
3.
Galileo (1642) berjasa dalam menetapkan hokum lintasan peluru , gerak dan
percepatan.
4.
Huygnes (1695) dapat memecahkan teka-teki adanya CINCIN SATURNUS , perhitungan
tentang kecepatan cahaya , yaitu 600.000 kali kecepatan suara ( pada masa itu
orang beranggapan bahwa cahaya tak membutuhkan waktu untuk memancar).
Ini semua adalah
sekedar gambaran yang menunjukkan bahwa perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
selalu ditunjang atau secara mutlak membutuhkan tunjangan matematika.
b.
Hakekat IPA
1.
Pandangan Beberapa Ahli Filsafat
Tentang IPA
a.
Richard P. Feyman
Feyman adalah seorang
fisikawan murni yang tidak memiliki latar belakang pendidikan IPA atau
berpengalaman dalam mengajarkan IPA. Ia mengemukan pandangannya tentang IPA
sebagai beriku: “IPA (Sains) adalah pengetahuan yang dikembangkan dan dibangun
oleh diri sendiri berdasarkan pengalaman sendiri, IPA itu sebenarnya tidak
diajarkan tetapi dibangun oleh diri sendiri. Ole karena itu IPA harus dapat
mengembangkanrasa ingin tahu yang besar, rasa percaya diri, dapat bertindak
arif dan bijaksana serta dapat menggunakan akal sehatnya”
b.
Imre Lakatos
Imre Lakatos seorang
filsuf mengemukan bahwa “ IPA adalah pengetahuan tentang fakta atau data
yang dipercaya berdasrkan hasl pengujian. Pengetahuan dapat dikatakan sebagai
sians apabila pengetahuan itu dapat diamati, ada faktanya, dan dapat diuji
kebenaran ilmiahnya.
c.
George F Kneler
IPA atau Sains adalah
upaya manusia yang dilakukan dengan sungguh-sunguh untk memahami dunia. Usaha
yang sungguh-sunguh itu adalah dalam melakukan usahanya untuk menggunakan
metode ilmiah yang sudah teruji kevalidannya.
d.
Jhon Ziman
Ziman dan Kneler
memisahkan anatara sains, agama, dan filasafat. Tetapi Ziman memandang aspek
lain , yaitu teknologi. Menrut Ziman, sains merupakan hasil kecerdasan manusia
yang dilakukan secara sadar, dina hasilnya terdokumentasi dengan baik keaslian
sejarahnya dalam ruang lingkup dan isi yang terdefinisi. Sains sangat berkaitan
dengan pikiran logis, akademis, dan praktis. Setiap fasilitasnya menntun kita
pada pemahaman yang tajam pada fokusnya. Ia memandang sains sebagai berikut:
1)
Sains adalah penguasaan dunia atas lingkungannya.
2)
Sainsa adalah suatu pengetahuan yang memepelajari tentang materi dunia.
3)
Sains adalah metode eksperimental
4)
Sains berusaha menuju kepada kebenaran melalui penyimpulan logis dari hasil
pengamatan empiris.
e.
Davis
Sains
merupakan organisasi pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara tertentu
berupa penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang tersembunyi yang ada di
alam.
f.
Jenkins dan Whitefield
Sains merupakan
rangkaian konsep yang saling berhubungan yang dikembangkan dari hasil
eksperimen dan observasi serta sesuai untuk eksperimen dan observasi berikutnya
.
g.
Chalmers
Sains didasari hal-hal
yang dilihat, didengar, diraba, dan lain-lain. Sains bersifat objektif dan
dapat dibuktikan Sains merupakan batang tubuh pengetahuan yang diperoleh
melalui metode yang didasarkan observasi.
h.
Sund dan Trowbrige
Sains sebagai body of
knowledge yang dibentuk melalui proses inkuari yang terus menerus, yang
diarahkan oleh masyarakat yang bergerak di bidang sains. Sains lebih dari
sekedar pengetahuan (knowledge). Sains merupakan upaya manusia meliputi
operasi mental, keterampilan dan strategi memanipulasi dan menghitung,
keingintahuan, keteguhan hati, ketekukan dalam menyingkap rahasia alam.
2. IPA SEBAGAI PEMUPUKAN SIKAP
Menurut Wynne harlen (1987) dalam bukunya Teaching and Learning Premary Science setidak-tidaknya
ada Sembilan sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada siswa :
a. Sikap
ingin tahu
b. Sikap
ingin mendapatkan sesuatu yang baru
c. Sikap
kerja sama
d. Sikap
tidak putus asa
e. Sikap
tidak berprasangka buruk
f. Sikap
mawas diri
g. Sikap
bertanggung jawab
h. Sikap
berfikir bebas
i.
Sikap kedisiplinan diri
3. IPA SEBAGAI PROSES
IPA dapat dipandang
sebagai produk,, proses, dan pengembang sikap ilmiah. Yang dimaksud proses
disini adalah proses mendapatkan IPA. Tentu kita mengetahui bahwa IPA didapat
melalui metode ilmiah. Jadi, proses IPA itu tidak lain adalah metode ilmiah
atau eksperimen. Adapun pertahapan eksperimen yaitu : observasi, klasifikasi,
interprestasi, predikasi, hipotesis, mengendalikan variable, merencanakan dan
melaksanakan penelian, inferensi, aplikasi, dan komunikasi.
Jadi, pada hakikatnya
dalam proses mendapatkan IPA diperlukan sepuluh keterampilan dasar tersebut.
Oleh karena iu, jenis-jenis keterampilan dasa yang diperlukan iu disebut juga
“keterampilan proses”.
4.
. Ciri-ciri IPA
Sebagai suatu produk, proses maupun penerapan,
IPA memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat membedakan ilmu pengetahuan lain.
Adapun ciri-ciri tersebut adalah :
Pengetahuan
dalam IPA bersifat universal. Ini berarti konsep-konsep dan teori IPA tetap
konsisten danb berlaku dimana-mana. Hal ini antara lain karena IPA tidak
membahas nilai-nilai moral dan etika, dan menjangkau nilai-nilai keindahan dan
seni budaya yang nilainya dipengaruhi oleh kebudayaan masing-masing tempat.
Ciri
kedua dari IPA ialah konsep-konsep dalam IPA dapat diuji kebenarannya oleh
siapa saja pada setiap waktu. ini berarti konsep-konsep IPA dapat dibuktikan
oleh ilmuwan-ilmuwan lain pada waktuyang berbeda-beda.
Ciri
ketiga dari IPA adalah bahwa konsep dari teori IPA bersifat tentatif yang
berarti kemungkinan dapat diubah bila ditemukan fakta baru yang tidak sesuai
dengan konsep dan teori tersebut.
5.
Metoda Ilmiah Sebagai Ciri IPA
Metoda ilmiah
merupakan cara-cara ilmiah untuk memperoleh pengetahuan dan yang menentukan
apakah suatu pengetahuan bersifat ilmiah. Metode ilmiah yang digunakan, harus
menjamin akan menghasilkan pengetahuan yang ilmiah, yaitu yang bersifat
objektif, sistematis dan konsisten.Langkah-langkahnya sebagai berikut:
Perumusan masalah
Langkah metoda ilmiah
diawali dengan merasakan adanya masalah dan berkeinginan untuk memecahkan
masalah. Masalah antara lain timbul karena adanya kesenjangan antara apa yang
seharusnya terjadi dengan keadaan yang sebenarnya. Yang dimaksud dengan masalah
disini umumnya ialah berupa pertanyaan yang mengandung unsur-unsur apa,
mengapa, dan bagaimana suatu objek yang akan diteliti.
Penyusunan hipotesis
Hipotesis adalah
pernyataan yang mengandung jawaban-jawaban sementara tentang masalah yang
diteliti dan yang harus diuji kebenaranya melalui observasi dan eksperimen.
Hipotesis menunjukkan adanya kemungkinan-kemungkinan jawaban atau dugaan-dugaan
sementara tentang masalah yang diteliti. Penyusunan hipotesis harus dilandasi
pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya
Pengumpulan data
Yaitu mengumpulkan
data yang ada hubungannya dengan masalah tersebut dan yang relevan dengan
hipotesis yang telah disusun. Pengumpulan data ini antara lain dapat dilakukan
dengan mencari informasi dari buku-buku sumber atau dari orang yang dianggap
banyak mengetahui tentang masalah tersebut
Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis
dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan atau observasi dan dapat dilakukan
dengan melalui eksperimen. Pengujian hipotesis tidak berarti harus membenarkan
hipotesis karena suatu hipotesis dapat ditolak kebenarannya bila hasil-hasil
eksperimen atau observasi tersebut ternyata tidak mendukungnya
Pengambilan kesimpulan
Berdasarkan hasil
analisis data dan hasil eksperimen yang telah dilakukan pada proses pengujian
hipotesis ditarik kesimpulan hipotesis mana yang ditolak dan hipotesis mana
yang diterima. Kesimpulan yang diambil merupakan pengetahuan yang telah di uji
kebenarannya. Kesimpulan tersebut juga merupakan jawaban terhadap masalah yang
diteliti atau dipecahkan, yang dikomunikasikan dalam bentuk laporan hasil
penelitian. Kecuali itu dari suatu hasil penelitian, biasanya timbul
masalah-masalah baru yang perlu diteliti.
c.
Nilai- nilai
IPA
A. NILAI-NILAI SOSIAL DARI IPA
1. Nilai
etik dan estetika dari IPA
Ilmu
Pengetahuan Alam mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi.
Nilai-nilai itu terutama terletak pada sistem yang menetapkan ‘kebenaran yang
objektif’ pada tempat yang paling utama. Adapun proses IPA itu sendiri dapat
dianggap sebagai suatu latihan mencari, meresapkan, dan menghayati nilai-nilai
luhur.
2. Nilai moral atau humaniora dari
IPA
Nilai-nilai
moral atau humaniora dari IPA nampaknya mempunyai dua muka yang berlawanan
arah. Muka yang menuju kepada cita-cita kemanusiaan yang luhur sedang muka yang
lain menuju kepada tindak immoral yang tidak saja dapat melenyapkan nilai-nilai
luhur namun dapat melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.
IPA dan
teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari manusianya yang berada di
belakang alat itu, untuk apa itu akan digunakan. Dengan kata lain, IPA itu
sendiri adalah ‘suci’, yang tidak suci itu ialah manusianya.
3. Nilai Ekonomi dari IPA
Seorang ahli
IPA, mungkin ia telah bertahun-tahun melakukan suatu penelitian. Katakanlah ia
menemukan suatu kaidah dari suatu fenomena tertentu. Apakah temuannya itu
mempunyai niali ekonomi? Memang tidak dapat dikatakan dengan tegas karena nilai
ekonominya tidak langsung. Ini baru menjadi kenyataan bila temuan itu dapat
digunakan untuk memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. lain
daripada itu, bagi sang penemu, keberhasilannya itu dapat meningkatkan harga
diri atau kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Ini berarti temuannya itu dapat
memberi ‘nilai tambah’ bagi dirinya.
B. NILAI-NILAI PSIKOLOGIS/PAEDAGOGIS IPA
1. Sikap mencintai kebenaran
IPA selalu
mendambakan kebenaran yaitu kesesuaiannya pikiran dan kenyataan. Oleh karena
itu mereka yang selalu terlibat dalam proses IPA diharapkan mendapatkan imbas
atau dampak positif berupa sikap ilmiah yang demikian itu.
2. Sikap tidak purbasangka
Kita boleh
saja mengadakan dugaan yang masuk akal (hipotesis) asal dugaan itu diuji
kebenarannya sesuai dengan kenyataannya atau tidak, baru menetapkan kesimpulan.
Dalam kehidupan sehari-hari sikap purbasangka sangat sering menimbulkan bencana
pertengkaran dan hidup ini menjadi tidak tenang dan tidak bahagia.
3. Sadar bahwa kebenaran ilmu yang
diciptakan manusia itu tidak pernah mutlak
Kesimpulan
seorang ilmuwan dapat hanya berlaku untuk sementara atau menyadari bahwa
pengetahuan yang ia dapat itu baru sebagian, maka hal ini akan menjadikan orang
itu bersikap rendah hati dan tidak sombong.
4. Yakin akan adanya tatanan alami yang
teratur dalam alam semesta ini
Dengan
mempelajari tentang hubungan antar gejala alam dan mendapatkan/menemukan adanya
kaidah-kaidah atau hukum-hukum alam yang ternyata begitu konsisten
aturan-aturannya maka orang akan menyadari bahwa alam semesta ini telah ditata
dengan sangat teratur. Hal ini dapat memberikan pengaruh positif untuk
meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5. Bersikap toleran atau dapat
menghargai pendapat orang lain
Menyadari
bahwa pengetahuan yang ia miliki bersifat tidak mutlak sempurna maka ia dapat
menghargai pendapat orang lain ternyata lebih mengetahuinya atau lebih sempurna
untuk memperbaiki, melengkapi, maupun untuk meningkatkan pengetahuannya.
6. Bersikap tidak putus asa
Orang-orang
yang berkecimpung dalam IPA, mereka menggali atau mencari kebenaran. Mereka
akan bahagia bila mendapatkan kebenaran yang mereka yakini itu. Apalagi bila
kebenaran itu juga dapat membuat orang lain sejahtera dan bahagia dalam
hidupnya. Oleh karena itu mereka tidak pernah putus asa dan selalu berusaha
untuk mencari kebenaran itu walaupun seringkali tidak memperoleh apa-apa.
7. Sikap teliti dan hati-hati
Seorang
ilmuwan IPA memiliki sifat teliti dalam melakukan sesuatu serta hati-hati dalam
mengambil kesimpulan ataupun dalam mengelurkan pendapatnya.
8. Sikap ‘curious’ atau
‘ingin tahu’
Para ilmuwan
atau mereka yang berkecimpung dalam IPA akan didorong untuk ingin tahu lebih
banyak, karena ilmu pengetahuan itu merupakan sistem yang utuh sehingga
pengetahuan yang satu akan menunjang untuk mudah memahami yang lain, dan
pengetahuan yang mereka dapatkan tentu akan memberikan ‘reinforcement’
untuk mendorong mereka mencari tahu lebih banyak.
9. Sikap optimis
Ilmuwan IPA
selalu optimis, karena mereka sudah terbiasa dengan suatu eksperimentasi yang tak
selalu menghasilkan sesuatu yang mereka harapkan, namun bila berhasil,
temuannya itu akan memberikan imbalan kebahagiaan yang tak ternilai dengan
uang. Oleh karena itu ilmuwan IPA berpendirian bahwa segala sesuatu itu tidak
ada yang tidak mungkin dikerjakan.
C. NILAI-NILAI GUNA
Sekalipun
IPA menjangkau nilai-nilai moral atau etika dan membahan nilai-nilai keindahan
atau estetika, tetapi IPA mengandung juga nilai-nilai tertentu yang berguna
bagi masyarakat. Yang dimaksud dengan disini ialah sesuatu yang dianggap
berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Adapun
nilai-nilai IPA tersebut adalah :
1. Nilai Praktis
Penerapan
dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebaliknya teknologi telah membantu
mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat
bagi kehidupan. Oleh karena itu, IPA telah membuka jalan ke arah
penemuan-penemuan yang secara langsung dan tidak langsung dapat bermanfaat.
Dengan demikian IPA mempunyai nilai praktis yaitu sesuatu yang bermanfaat dan
berharga dalam kehidupan sehari-hari.
2. Nilai Intelektual
Metode
ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk memecahkan
masalah. Tidak saja masalah-masalah alamiah tetapi juga masalah-masalah sosial,
ekonomi, dan lain-lain.
Metode ilmiah ini telah melatih
keterampilan dan ketekunan, serta melatih pengambilan keputusan-keputusan
dengan pertimbangan yang rasional bagi penggunaannya. Kecuali itu agar
pemecahan masalah berhasil dengan baik, maka metode ilmiah menuntut sifat
ilmiah bagi penggunanya. Keberhasilan memecahkan masalah masalah ini akan
memberikan kepuasan intelektual. Dengan demikian yang dimaksud dengan nilai
intelektual adalah sesuatu yang memberikan kepuasan seseorang karena dia telah
mampu menyelesaikan atau memecahkan masalah. Bedakanlah kepuasan intelektual
ini dengan kepuasan seseorang pedagang yang memperoleh untung besar atau
bandingkanlah dengan seorang politikus yang bangga karena mengalahkan lawan
politiknya.
3. Nilai-nilai Sosial-Ekonomi-Politik
IPA
mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti, kemajuan IPA dan
teknologi suatu negara, menyebabkan negara tersebut memporoleh kedudukan yang
kuat dalam percaturan sosial-ekonomi-politik internasional.
Prestasi-prestasi
tinggi yang dapat dicapai oleh suatu negara dalam bidang IPA dan teknologi
memberikan rasa bangga akan bangsanya, rasa bangga akan kemampuan atau potensi
nasional dan rasa bangga terhadap bangsanya adalah nilai-nilai
sosial-ekonomi-politik.
4. Nilai Keagamaan dari IPA
Banyak orang
berprasangka, dengan mempelajari IPA dan teknologi secara mendalam akan
mengurangi kepercayaan manusia kepada tuhan. Prasangka tersebut didasarkan pada
alasan bahwa IPA hanya mempelajari benda dan gejala-gejala kebendaan. Prasangka
ini tidak benar makin mendalam akan orang mempelajari IPA, makin sadarlah orang
itu akan adanya kebenaran hukum-hukum alam, sadar akan adanya suatu ketertiban
di dalam alam raya ini dengan Maha Pengaturnya. Walau bagaimanapun manusia
telah berusaha untuk membaca mempelajari dan menterjemahkan alam, manusia makin
sadar akan keterbatasannya ilmunya. Karena dengan keterbatasan ilmunya manusia
belum dan tidak akan pernah mengetahui asal mula dan akhir dari alam raya
dengan pasti.
5. Nilai-nilai Kependidikan dalam IPA
Sekitar satu abad yanga lampau,
karena pelajaran IPA lebih ditekankan pada fakta-fakta saja, ahli-ahli
pendidikan belum menganggap IPA mempunyai kedudukan penting dalam kurikulum
sekolah. Kecuali itu pelajaran IPA pada waktu tersebut sedikit sekali yang
didasarkan atas penemuan-penemuan psikologi belajar.
Dengan berkembangnya IPA dan
teknologi serta diterapkannya psikologi pada pelajaran IPA, maka IPA diakui
bukan hanya hanya satu pelajaran melainkan pula suatu alat pendidkikan.
Pelajaran IPA bersama-sama dengan pelajaran lain merupakan alat unutk mencapai tujuan
pendidikan.
Posting Komentar
Berikan Komentar yang Sopan dan Relevan