Maret 2020


PLANTAE
Kingdom Plantae disebut juga Dunia Tumbuhan karena beranggotakan berbagai jenis tumbuhan. Sebagai anggota sebuah kingdom, berbagai jenis tumbuhan memiliki ciri-ciri umum yang sama

A.BRYOPHYTA
Bryophyta atau biasa disebut tumbuhan lumut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.Multiseluler
2.Dinding sel terdiri atas selulosa
3.Memiliki klorofil
4.Peralihan dari thallophyta ke cormophyta (batang dan daun sederhana).
5.Akarnya rhizoid
6.Belum memiliki berkas pembuluh angkut
7.Habitat di daerah yang lembab (Higrofit)
8.Reproduksi aseksual dengan pembentukan gemma atau kuncup, penyebaran spora, dan fragmentasi.
9.Reproduksi seksual melalui peleburan gamet jantan dan gamet betina.

Guna memudahkan memahami kelompok Bryophyta, maka berikut ini merupakan klasifikasi Bryophyta. Divisio Bryophyta dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1.Musci (Lumut Daun)
    Memilliki struktur serupa akar (rizoid), batang (kauloid) , dan daun (filoid). Contoh: Polytrichum junipernium, Funaria, Pogonatum cirratum, Aorobryopsis longissima, dan Sphagnum.

Polytrichum_commune-comm_003C.JPG
Polytrichum_commune-comm_
Polytrichum sp.
2.Hepaticae (Lumut Hati)

Hepaticae atau lumut hati memiliki ciri-ciri yaitu tubuh masih berupa lembaran (talus) yang terbagi atas beberapa lobus. Pada permukaan gametofit terdapat badan seperti mangkuk yang berisi kuncup (gemma)yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan aseksual. Memiliki struktur gametofit (struktur generatif) dan juga menghasilkan spora (struktur vegetatif). Contoh: Marchantia polymorpha.

031) Marchantia polymorpha (Liverwort - Female Plant) Fosse Path by Home Barn Farm SP 4898 9194 (taken 3.6.2006)
Marchantia polymorpha
3.Anthocerotaceae (Lumut Tanduk)

Lumut tanduk atau Anthocerotaceae memiliki ciri mempunyai sporofit berupa kapsul yang memanjang dan tumbuh seperti tanduk dari hamparan gametofit. Contoh: Anthoceros leavis dan Notothylus indica.
Polytrichum_commune-comm_003C.JPG
anthoceros-101
Anthoceros sp.
Metagenesis yaitu pergiliran keturunan dari generasi gametofit (n) ke generasi sporofit (2n)



Tumbuhan Lumut memiliki beberapa manfaat, yaitu

1.Vegetasi perintis karena dapat melapukkan batuan sehingga dapat ditempati oleh tumbuhan yang lain.

2.Dapat menyerap air yang berlebih, sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.

3.Marchantia polymorpha dapat digunakan sebagai obat hepatitis.

4.Sphagnum dapat dijadikan sebagai pembalut atau bahan pengganti kapas.

B.PTERYDOPHYTA
Pterydophyta atau tumbuhan paku mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:

1.Memiliki akar, batang, dan daun sejati (kormophyta berspora).

2.Memiliki berkas pembuluh angkut (xilem dan floem).

3.Habitat di tempat yang lembap (higrofit), di perairan (hidrofit), serta ada yang hidupnya menempel (epifit) atau di sisa-sisa tumbuhan lain/sampah-sampah (saprofit).

4.Memiliki klorofil (fotoautotrof).

5.Tidak menghasilkan biji, tetapi menghasilkan spora.

Salah satu ciri Pterydophyta yaitu adanya daun sejati, macam-macam daun tumbuhan Paku tersebut yaitu:

1.Berdasarkan ukuran ada mikrofil, memiliki ukuran yang kecil, dan makrofil, memiliki ukuran yang besar.

2.Berdasarkan fungsi ada tropofil, untuk fotosintesis dan sporofil, untuk menghasilkan spora

3.Berdasarkan jenis-jenis spora ada (a) Paku homospora, hanya menghasilkan spora jantan atau spora betina saja. Contoh: Lycopodium atau paku kawat, (b) Paku peralihan, menghasilkan spora jantan dan spora betina dengan bentuk dan ukuran yang sama. Contoh: Equisetum debile, dan (c) Paku heterospora, menghasilkan spora jantan yang memiliki ukuran lebih kecil (mikrospora) dan spora betina yang memiliki ukuran lebih besar (makrospora). Contoh: Marsilea crenata (semanggi) dan Selaginella widenowii.

Guna mempermudah memahami kelompok tumbuhan paku, berikut merupakan klasifikasi tumbuhan Paku. Pteridophyta dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:

1.Kelas Psilophytinae (Paku Purba)

Paku purba meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah. Merupakan paku telanjang (tidak berdaun) atau mempunyai daun-daun kecil (mikrofil) yang belum berdiferensiasi. Tumbuhan ini ada yang belum mempunyai akar dan merupakan paku yang bersifat homospor. Contoh: Psilotum nodum.

Psilotum_nudum
Psilotum sp.
2.Kelas Equisetinae (Paku Ekor Kuda)

Paku Ekor Kuda memiliki ciri-ciri mempunyai daun kecil-kecil seperti rambut dan tersusun berkarang. Sporofilnya berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang .Contoh: Equisetum debile

th
Equisetum debile
3.Kelas Lycopodiinae (Paku Kawat)

Paku kawat mempunyai daun kecil dengan susunan spiral, batangnya seperti kawat. Sporangium muncul di ketiak daun dan berkumpul membentuk strobilus (kerucut). Paku ini pada umumnya hidup di darat. Contoh: Lycopodium sp. dan Selaginella sp.

paku lyco.png
Lycopodium sp.
4.Kelas Filicinae (Paku Sejati)

Paku sejati memiliki daun berukuran besar, daun mudanya menggulung. Sporangium terdapat pada sporofil (daun penghasil spora) dan merupakan tumbuhan higrofit. Contohnya yaitu Adiantum cuneatum (suplir), Nephrolepis sp. (pakis), Marsilea crenata (semanggi), Azolla pinnata (paku air), Platycerium bifurcatum (paku tanduk rusa), dan Asplenium nidus (paku sarang burung).

20170310_145632.jpg
Azolla pinnata


Metagenesis tumbuhan paku atau pergiliran keturunannya sebagai berikut:

Untitled1

Manfaat Tumbuhan Paku

1.Sebagai tanaman hias, misal: Adiantum cuneatum (suplir).

2.Sebagai tanaman obat, misal: Aspidium filixmas untuk obat cacingan.

3.Sebagai sayuran, misal: Marsilea crenata (semanggi).

4.Sebagai pupuk hijau tanaman padi di sawah, misal: Azolla pinnata.

C.SPERMATOPHYTA
Istilah Spermatophyta berasal dari bahasa Yunani, sperma berarti biji dan phyta berarti tumbuhan. Tumbuhan berbiji atau Spermatophyta merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki ciri khas yaitu adanya suatu organ yang berupa biji. Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan di dalamnya mengandung calon individu baru.

Tumbuhan berbiji atau Spermatophyta memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1.Menghasilkan biji

2.Cara hidup fotoautotrof

3.Mempunyai pembuluh xilem dan floem

4.Reproduksi melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi)

Berdasarkan letak biji, Spermatophyta dibedakan menjadi tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).

1.Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)

Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae) memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a.Mempunyai akar, batang, dan daun sejati.

b.Tidak mempunyai bunga sejati.

c.Daun sempit, tebal, dan kaku.

d.Bentuk perakaran tunggang.

e.Bakal biji terdapat di luar permukaan dan tidak dilindungi oleh daging buah.

f.Struktur reproduksi terbentuk di dalam strobilus.

g.Pembuahan tunggal.

Gymnospermae dikelompokkan dalam empat kelompok yaitu:

a.Coniferales, contoh:  pinus (Pinus merkusii)

b.Ginkgoales, contoh: Ginkgo biloba

c.Cycadales, contoh: pakis haji (Cycas rumphii)

d.Gnetales, contoh: melinjo (Gnetum gnemon)

index
Contoh Gymnospermae
Gymnospermae memiliki manfaat sebagai berikut:

a.Tanaman hias, misalnya pakis haji (Cycas rumphii).

b.Bahan pembuat kertas dan korek api, misalnya kayu tumbuhan pinus (Pinus merkusii) dan melinjo (Gnetum gnemon).

c.Sayur-mayur, misalnya melinjo (Gnetum gnemon).

d.Bahan untuk obat dan kosmetik, misalnya Ginkgo biloba

2.Tumbuhan Berbiji Tertutup (Angiospermae)

Tumbuhan Berbiji Tertutup (Angiospermae) ciri-ciri sebagai berikut:

a.Memiliki bakal biji atau biji yang tertutup oleh buah.

b.Mempunyai bunga sejati.

c.Umumnya tumbuhan berupa pohon, perdu, semak, liana, dan herba.

d.Pembuahan ganda

Berdasarkan banyaknya keping biji (kotiledon), Angiospermae diklasifikasikan menjadi:

1.Monocotyledone (monokotil)

2.Dicotyledone (Dikotil)

Berikut adalah perbedaan antara tumbuhan dikotil dan monokotil:

perbedaan

Tumbuhan Monocotyledoneae dibagi menjadi beberapa suku berikut.

a.Suku rumput-rumputan, daunnya menyatu dengan batang, bentuk daunnya menyerupai pita, dan tulang daun sejajar. Contoh: padi (Oryza sativa), tebu (Saccharum oficinarum), jagung (Zea mays), gandum (Triticum sativum), dan alang-alang (Imperata cylindrica).

b.Suku pinang-pinangan (Palmae), tulang daunnya menyirip, batang tidak bercabang, dan bunganya bertongkol atau mirip karang. Contoh: kelapa (Cocos nucifera), salak (Zalaca edulis), dan pinang (Areca cathecu).

c.Suku bawang-bawangan (Liliaceae), memiliki umbi lapis, dan memiliki akar serabut. Contoh: lidah buaya (Aloe vera), tanaman lidah mertua (Sanseviera trifasciata), dan bawang putih (Allium cepa).

d.Suku jahe-jahean (Zingiberaceae), batangnya seperti dipeluk oleh pelepah daunnya, daunnya berselang-seling, dan batangnya tumbuh dari rimpang. Contoh: jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma domestica), lengkuas (Alpinia galanga), dan kencur (Kaempferia galanga).

e.Suku anggrek-anggrekan (Orchidaceae), akarnya rimpang, mahkota bunga sebanyak tiga buah, dan hidup menumpang pada tumbuhan lain. Contoh: anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) dan anggrek laba-laba.

f.Suku pisang-pisangan (Musaceae), batangnya semu, akar serabut, dan bunganya mirip karang. Contoh: pisang (Musa paradisiaca).

g.Suku nanas-nanasan (Bromeliaceae), bunganya berupa karang, dan tulang daunnya sejajar dengan duri-duri kecil di pinggir daunnya. Contoh: buah nanas (Ananas comosus).

Tumbuhan Dicotyledoneae dibagi menjadi beberapa suku berikut.

a.Suku getah-getahan (Euphorbiaceae), apabila dilukai bagian tubuhnya akan mengeluarkan getah berwarna putih. Contoh: ketela pohon (Manihot utilisima) dan karet (Hevea brasiliensis).

b.Suku kacang-kacangan (Papilionaceae), mahkota bunganya berbentuk kupu-kupu, buahnya berbentuk polong, dan mempunyai bintil-bintil akar. Contoh: kacang tanah (Arachis hypogaea) dan kacang panjang (Vigna sinensis).

c.Suku terung-terungan (Solanaceae), bunga berbentuk bintang atau terompet, memiliki buah buni atau buah kotak, dan lapisan dalam berair atau berdaging. Contoh: tomat (Solanum lycopersicum) dan lombok (Capsicum anuum).

d.Suku komposite (Compositae) memiliki bunga majemuk, yaitu bunga tepi dan bunga tabung. Contoh: bunga matahari (Helianthus annuus), dahlia (Dahlia pinnata), dan beluntas (Pluchea indica).

e.Suku kapas-kapasan (Myrtaceae) memiliki lima mahkota bunga yang saling melekat pada bagian dasarnya. Contoh: kapas (Gossypium hirsutum) dan randu (Ceiba pentandra).

Berikut adalah manfaat dari Angiospermae.

a.Sebagai sumber bahan makanan:

1.Sumber karbohidrat: padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), gandum (Tritichum sativum)

2.Sumber protein: kedelai (Glycine max), kacang hijau (Phaseolus radiatus)

3.Sumber lemak: kelapa (Cocos nucifera), kelapa sawit (Elaeis guineensis)

b.Sebagai sumber bahan sandang, misalnya: kapas (Gossypium sp.), rami (Boehmeria sp.), dan rosella (Hibiscus sabdariffa).

c.Bahan obat-obatan, misalnya: kina (Cinchona ledgeriana), kayu putih (Eucaliptus alba), dan kencur (Kaemferia galanga).

d.Penghasil bahan bangunan, kerajinan, dan bahan industri yang lain, misalnya: jati (Tectona grandis), sengon (Albizia sp.), bambu, dan rotan.

Hasil gambar untuk gambar metode penelitian sosial dalam sosiologi



     Dalam sosiologi berbagai gejala sosial dapat dikaji melalui penelitian sosial. Penelitian sosial adalah penelitian yang dirancang untuk menambah pengetahuan sosial dan gejala sosial di masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian sosiologi termasuk penelitian ilmiah. Penelitian ilmiahadalah penelitian yang bertujuan mempelajari satu atau beberapa gejala dengan jalan analisis dan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta masalah yang disoroti dan kemudian diusahakan pemecahannya.

Ciri-ciri Penelitian dan Fungsinya
Ciri-ciri penelitian ilmiah sebagai berikut.
     Penelitian ilmiah dilakukan melalui prosedur sistematis, yaitu dengan menggunakan pembuktian yang meyakinkan berupa fakta yang diperoleh secara objektif. b. Penelitian ilmiah merupakan suatu proses yang berjalan terus-menerus sehingga hasil suatu penelitian selalu dapat disempurnakan atau dilanjutkan lagi oleh peneliti lain.

Fungsi penelitian ilmiah sebagai berikut.

  1. Fungsi verifikatifatau pengujianadalah fungsi penelitian ilmiah untuk menguji kebenaran suatu pengetahuan yang sudah ada.
  2. Fungsi eksploratifatau penjajaganadalah fungsi penelitian ilmiah untuk menemukan sesuatu yang belum ada atau mengisi kekosongan dan kekurangan ilmu.
  3. Fungsi developmen tatau pengembangan adalah fungsi penelitian ilmiah untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. Berdasarkan tempat pengumpulan data, penelitian ilmiah dapat dilakukan di laboratorium, perpustakaan, dan lapangan.

Berdasarkan tingkat analisis yang direncanakan peneliti untuk data yang hendak dikumpulkan, penelitian ilmiah dapat dikelompokkan sebagai berikut.


  1. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya menyajikan rincian lebih lanjut dari informasi yang ada. Dalam penelitian deskriptif, pertanyaan dimulai dengan kata tanya: bagaimana.
  2. Penelitian eksploratifadalah penelitian yang berupaya mendapatkan informasi mendasar tentang permasalahan atau keadaan yang jarang atau belum pernah diteliti. Peneliti merencanakan penelitiannya tanpa merumuskan hipotesis secara khusus. Dalam penelitian ini, pertanyaan sering dimulai dengan kata tanya: apa.
  3. Penelitian prediksiadalah penelitian ilmiah yang berupaya menggambarkan atau menjelaskan apa yang mungkin terjadi di masa mendatang
  4. Penelitian eksplanasiadalah penelitian ilmiah yan berupaya menganalisis hubungan antarvariabel yang diteliti. Penelitian eksplanasi memiliki hipotesis dan dirancang untuk menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi. Pertanyaan peneliti sering dimulai dengan kata tanya: mengapa.

Objek Penelitian
      Objek penelitian sosiologi adalah masyarakat dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses yang timbul akibat hubungan manusia di dalam masyarakat. Penelitian sosiologi dapat dilakukan dengan metode historis, metode komparatif (perbandingan), metode statistik, metode sosiometri, dan studi kasus. Metode sosiometri digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis hubungan antarmanusia dalam masyarakat secara kuantitatif.
Pada tahap perencanaan pembangunan, hasil penelitian sosiologi diperlukan, antara lain untuk menentukan hal-hal sebagai berikut.

Kelompok sosial yang menjadi bagian masyarakat.
Lembaga sosial dan pelapisan sosial untuk mengetahui macam dan aspeknya.
Pola interaksi sosial untuk menciptakan suasana yang mendukung pembangunan.
Kebudayaan untuk mengetahui hal-hal yang berintikan nilai.

Pada tahap penerapan atau pelaksanaan pembangunan, hasil penelitian sosiologi diperlukan untuk hal-hal sebagai berikut.

  1. Mengidentifikasi kekuatan sosial di masyarakat.
  2. Mengetahui perubahan sosial yang terjadi di masyarakat penyebab dan aspeknya.
  3. Jenis-jenis Penelitian

Dilihat dari tujuan

  1. Basic Research/penelitian dasar Yaitu penelitian murni untuk mengembangkan dan memperdalam suatu ilmu pengetahuan
  2. Applied Research/penelitian terapan. Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dan membantu memecahkan suatu persoalan dalam kehidupan sehari-hari dan diarahkan untuk penggunaan secara praktis dalam kehidupan

Berdasarkan metode yang digunakan

  1. Penelitian Historik Yaitu penelitian yang berusaha mengkaji peristiwa yang telah terjadi di masa lalu. Mengkaji peristiwa-peristiwa bersejarah
  2. Penelitian Survei Yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari berbagai individu/kelompok dengan cara angket, wawancara, atau mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data.
  3. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang memanipulasi (mengatur, merekayasa) situasi alamiah menjadi situasi buatan sesuai dengan tjuan penelitian

Ditinjau dari Bidang Ilmu

  1. Penelitian Bidang Alam (eksakta). Misalnya penelitian mengenai biologi (manfaat tanaman obat, penemuan bibit tanaman unggul), pemenfaatan energy matahari, dan lain-lain.
  2. Penelitian Bidang sosial dan humaniora. Misalnya penelitian mengenai pendidikan, ekonomi, sosial budaya, politik, etnografi, dan sebagainya.

Ditinjau dari Pendekatan

  1. Pendekatan bujur (Longitudinal) yaitu pendekatan penelitian dengan waktu lama terhadap subyek yang sama
  2. Pendekatan silang (Cross-section) yaitu pendekatan dengan waktu pendek terhadap subyek yang bereda

Ditinjau dari Tempat

  1. Penelitian Laboraturium. Dilakukan di tempat khusus, menggunakan alat untuk melakukan percata
  2. Berdasarkan cara perolehannya. Data primer (didapat dari sumber pertama, misal dari wawancara) dan Data sekunder (dari sumber kedua, misal data monografi desa)
  3. Berdasarkan sifatnya: Data kuantitatif (data dinyatakan dalam angka) dan Data kualitatif (data yang dinyatakan dalam bentuk deskripsi)

Berdasarkan sumber yang diperoleh : 
Data intern (dikumpulkan oleh dan untuk keperluan sendiri) dan Data ekstern (data dikumpulkan oleh orang lain)

Ditinjau dari cara pembahasannya

  1. Penelitian deskriptif Yaitu melukiskan, memaparkan, menuliskan, dan melaporkan suatu keadaan, objek atau peristiwa secara apa adanya
  2. Penelitian inferensial/eksplanasi Yaitu melukisakan peristiwa dan menarik kesimpulan umum dari masalah


Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah pokok-pokok perencanaan dari keseluruhan kegiatan penelitian dalam suatu naskah. Rancangan penelitian menggambarkan seluruh aktivitas penelitian

Hal yang perlu dilakukan yaitu:

  1. Menentukan topik penelitian
  2. Penentuan fokus dari topik yang merupakan tahap awal. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
  3. Menarik dan perlu diteliti
  4. Data mudah didapat, diperoleh, dan dijangkau
  5. Hasil penelitian dapat bermanfaat
  6. Segi subyektif peneliti sendiri, kesanggupan untuk meneliti
  7. Penguasaan metode



Merumuskan judul penelitian
Fungsinya adalah menunjukan kepada pembaca mengenai inti dari penelitian. Judul yang baik mencerminkan jenis penelitian, subyek penelitian (siapa yang diteliti untuk menentukan unit sampel), obyek peneliti (untuk menggambarkan variabek yang diteliti), lokasi penelitian dan waktu penelitian.

Pendahuluan
Bertujuan untuk:
Peneliti tidak mengulangi hasil penelitian orang lain
Mengetahui dengan pasti siapa yang akan diteliti
Mengetahui dari mana sumber data dan informasi diperoleh
Memahami bagaimana cara memperoleh data
Dapat menentukan metode yang tepat
Memahami bagaimana cara menarik kesimpulan dan memanfaatkan hasil penelitian

Rumusan Masalah
Rumusan masalah bisa terdapat satu variable atau dua variable.

Hal-hal yang perlu dijadikan pedoman penulisan rumusan masalah adalah:
Ditulis dalam bentuk kalimat Tanya
Dinyataan dalam kalimat sederhana
Dalam beberapa jenis penelitian, dapat dipakai untuk dasar penyususnan hipotesis
Tidak mempersulit pencarian data
Harus direfleksikan dengan judul
Ditulis ringkas, jelas, dan padat
Tujuan Penelitian

Isinya adalah merumuskan rumusan masalah dalam bentuk kalimat pernyataan. Biasanya ingin mengetahui jawaban dari perumusan masalah yang dicantumkan, misalnya “untuk mengetahui. . .”

Manfaat Penelitian
Merupaka kegunaan nyata dari hasil yang akan dicapai atau dampak positif yang diharapkan dapat disumbangkan oleh hasil penelitian tersebut.

Kajian Pustaka
Peneliti menggunakan secara jelas pendalam masalah berdasarkan pakar dan hasil penelitian terdahulu. Hasil ajian peneliti terhadap berbagai hasil penelitian yang relevan dengan masalah penelitian. Kajian pstaka disebut juga kajian teori

Hipotesis penelitian
Dugaan jawaban atas pertanyaan peneliti. Hipotesis disusun berdasarkan pengamatan awal dan kajian berbagai teori yang relevan dengan masalah penelitian.

Menentukan metode penelitian
Adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan peneliti. Meliputi antara lain lokasi dan subyek penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

Dikelompokan menjadi dua, yaitu nontest dan metode tes. metode test digunakan untuk mengukur keteramplan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode nontes diantaranya; wawancara atau interview, angket, observasi.

Sampel penelitian
Pihak yang ditentukan oleh peneliti. Subyek penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu populasi dan sampel. Populasi adalah keseluruhan individu yang digunakan dalam penelitian. Sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang dapat mewakili populasi.

Tujuan penentuan sampel adalah:
menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti
mengadaka pengurangan dari subyek yang diteliti
mengadakan generalisasi
menonjolkan sifat-sifat umum dari populasi
Teknik pengambilan sampel

Sampel probabilitas
    Tiap warga mempunyai peluang dan kemungkinan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Disebut juga teknik pengambilan sampel secara random atau acak. Jenisnya ada empat, yaitu: teknik random sederhana, teknik random atas dasar strata, teknik random bertahap atas dasar strata, teknik random atas dasar himpunan.

Sampel non probabilitas
  • Teknik pengambilan sampel purposive (bertujuan), yaitu sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti,  didasarkan atas kriteria (ciri-ciri) tertentu atau pertimbangan tertentu
  • Teknik pengambilan sampel aksidental (sewaktu-waktu), yaitu pengambilan sampel “asal pilih” karena hanya ada dalam perisyiwa-peristiwa tertentu

Teknik pengambilan sampel quota
Yaitu sampel ditetapkan jumlahnya oleh peneliti. Digunakan dalam pengumpulan data umum. Penentuan kuota didasarkan pada sifat populasi dan pertimbangan peneliti

Snowballing sampling
yaitu pengambilan sampel mula-mula dipilih dua atau tiga lalu dilanjutkan berdasarkan    formulasi yang diberikanoleh responden terlebih dahulu.
Sampel wilayah
yaitu dilakukan dengan mengambil wakil dari tiap-tiap wilayah yang terdapat populasi.
Sampel proporsi atau sampel imbangan
Yaitu untuk menyempurnakan teknik sampel berstraata atau sampel  wilayah. Tujuannya adalah agar pengambilan sampel representatif, jumlah sampel atau wakil dari setiap wilayah dibuat seimbang sesuai dengan jumlah populasinya.

Pengolahan Data
Data adalah bahan keterangan berupa himpunan fakta, angka, huruf, grafik, table, lambing, objek, kondisi, dan situasi yang merupakan bahan baku informasi guna mencapai tujuan penelitian.

Syarat data:
Objektif, yaitu data sesuai apa adanya atau fakta
Representative, yaitu data dapat mewakili
Kesalahan baku yang kecil
Tepat waktu
Harus ada hubungannya dnegan persoalan yang dipecahkan
Teknik pengumpulan data:

Studi kepustakaan atau dokumen. 
Yaitu pengumpulan data yang memanfaatkan data sekunder

Angket (kuisioner).
Jenisnya ada tertutup (jawaban sudah tersedia), terbuka (responden bebas menjawab), dan semi terbuka (jawaban sudah tersedia tapi responden diberi alternative untuk menjawab selain dari jawaban yang disediakan)

Wawancara, Yaitu pada dasarnya pertanyaan yang diajukan sama dengan angket hanya disampakan secara lisan.
Observasi, Yaitu penggunaan, pengamatan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi atau perilaku.    Observasi dibedakan menjadi: observasi partisipasi (pengamat ikut terlibat didalam kegiatan yang diamati) dan non partisipasi (pengamat berada di luar dari objek yang diamati)
Test atau eksperimen. Yaitu perolehan data yang diambil dari hasil test responden atau hasil dari eksperimen yang dikenakan peneliti kepada kelompok eksperimen.
Tahap-tahap Pengolahan Data

Data kuantitatif
Editing, yaitu pemerikasaan data yang terkumpul
Coding, yaitu memberi kode pada setiap data yang terkumpul. Tujuannya untuk menyederhanakan jawaban responden.
Tabulating, yaitu memasukan data kedalam table-tabel dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori yang telah ditentukan

Analisis data
Menggunakan data statistik sederhana yang digunakan dari table distribusi frekuensi:
Mean. Sering disebut nilai rata-rata. Mean berasal dari jumlah keseluruhan nilai dibagi dengan banyaknya unit/bilangan (total frekuensi).
Median adalah nilai titik tengah yang membagi dua bagian sama besar. Caranya mengurutkan dimulai dari angka yang terkecil sampai terbesar. Jika urutannya ganjil, maka nilai tengah tersebut merupakan mediannya.
Modus adalah nilai yang paling sering muncul.

Data Kualitatif
Pengolahan data dengan cara non statistik. Data yang terkumpul dirumuskan dalam bentuk kalimat yang terekam dalam catatan lapangan (fieldnote). Dari rekaman ini kemudian diolah sehingga pertnyaan yang diajukan dalam permaslahan penelitian terjawab.

Langkah-langkah yang diperhatikan:
Reduksi data, yaitu proses mengubah rekaman dala ke dalam pola, fokus, kategori, atau pokok permasalahan tertentu.
Penyajian data (data display), yaitu menampilkan data dengan cara memasukan data ke dalam sejumlah garis matriks yang diinginkan. Data yang telah direduksi dimasukan dalam matriks yang sesuai dengan kategori
Generalisasi dan kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data peneliti dapat membuat generalisasi dari hasil penelitian. Dalam penelitian, generalisasi harus mempunyai kaitan dengan teori yang mendasari penelitian.

Laporan Penelitian
Syarat laporan penelitian:
Penulis harus tahu betul kepada siapa laporan itu ditunjukan
Langkah dalam penulisan laporan harus jelas
Laporan hasil penelitian diusahakan mudah dicerna oleh siapapun
Laporan penelitian merupakan elemen yang pokok dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu harus jelas dan meyakinkan
Secara garis besar, laporan penelitian terdiri atas tiga bagian besar, yaitu

1.Bagian Pendahuluan

Halaman judul
Dicantumkan judul penelitian yang ditulis jelas, ringkas, dan menggambarkan isi. Nama penyusun, nama lembaga, nama tempat, dan tahun penyusunan laporan

Kata Pengantar
uraian pendek dari penulis tentang penelitiannya. Dikemukakan tujuan penelitian, masalah yang dihadapi, siapa yang berperan, dan ucapan terimakasih.

Daftar isi
Daftar isi menunjukan bagian-bagian dari laporan dan di situ dapat dilihat hubungan antara satu bagian dengan yang lainnya. Untuk table, diagram, peta, gambar kalau ada, masing-masing dibuat dafar isi tersendiri.

2. Bagian Isi Laporan

Bab  I Pendahuluan
Ditampilkan rumusan masalah, ruang lingkup, kegunaan teoritis dan praktis dari laporan dan metodologi. Jadi, mecakup latar belakang penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, cara pemrosesan data dan analisis data, termasuk prosedur statistika yang ditempuh.

Bab II Tinjauan Pustaka
Memberikan gambaran tentang hal-hal yang sudah ditulis oleh peneliti lain, dan mengapa penelitian ini penting dilakukan. Peneliti juga mengungkapkan alur berpikirnya dengan merangkum penemuan yang telah lalu dan memberikan jembatan dengan apa yang akan dilakukan

Bab III Metodologi Penelitian
Merangkum tentang subjek, objek, dan ruang lingkup penelitian, teknik pengumpulan data, cara pengolahan data yang digunakan. Metodologi biasanya dikemukakan dalam proposal penelitian (rancangan penelitian)

Pelaksanaan Penelitian
Menguraikan tentang proses peaksanaan penelitian, baik validitas instrument maupun proses pengumpulan dan analisis datanya

Bab IV Hasil Penelitian
Merupakan inti dari laporan penelitian kerena pada bab ini peneliti menguraikan seluruh hasil penelitian, membandingkan dan mencari kaitannya satu dengan yang lain.

Bab V Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dibuat singkat, padat, dan jelas. pada bagian ini terkadang diberikan saran pemecahan masalah penelitian untuk dilaksanakan dan adanya masalah yang perlu diteliti lebih lanjut.

3. Bagian Penutup

Daftar Putaka
Berisi daftar semua buku sumber yang digunakan untuk menunjang penelitian yang dilakukan. Yang dikemukakan adalah nama penulis, tahun penerbit, judul buku, tempat penerbitan, dan nama penerbit.

Lampiran
Memuat hal-hal yang perlu diketahui pembaca. Contohnya format kuisioner, format wawancara dan pedoman pengamatan, foto, dan lainnya.

I. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Neuron merupakan unit fungsional sistem saraf, terdiri atas bagian:
Badan sel. Berfungsi mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
Dendrit. Juluran sitoplasma untuk menerima impuls dari sel lain untuk dikirimkan ke badan sel.
Akson. Juluran sitoplasma yang panjang untuk mengirimkan impuls ke neuron lainnya. Akson dibungkus selubung mielin. Bagian akson tanpa mielin disebut nodus Ranvier untuk mempercepat jalannya impuls. Mielin ditutupi oleh selubung Schwann (neurilema).

A. Neuron (Sel Saraf)
Neuron tidak dapat melakukan mitosis, namun serabutnya dapat beregenerasi.
Neuron berdasarkan fungsi:
Neuron sensor (aferen): menghantarkan impuls dari organ sensor ke saraf pusat.
Neuron motor (eferen): menghantarkan impuls dari saraf pusat ke organ motor atau kelenjar.
Neuron konektor: penghubung antar neuron.
Neuron berdasarkan juluran sitoplasma:
Neuron multipolar: satu akson dan dua dendrit atau lebih.
Neuron bipolar: dua juluran berupa dendrit dan akson.
Neuron unipolar: neuron bipolar yang tampak hanya memiliki satu juluran dari badan sel karena akson dan dendritnya berfusi.




Struktur sel saraf (neuron)

B. Sel Neuroglia (Glia)
        Adalah sel penunjang pada saraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat.
Jenis sel glia:
Astrosit, sebagai lem yang menyatukan neuron.
Oligodendrosit, membentuk lapisan mielin.
Mikroglia, untuk pertahanan imun.
Sel ependima, membran epitelium yang melapisi rongga serebral dan medula spinalis.

C. Sinapsis
Adalah hubungan satu neuron dengan yang lain; titik temu ujung akson satu neuron dengan dendrit dari neuron lain; atau hubungan ke otot dan kelenjar.
Bagian sinapsis: prasinaps (bagian akson terminal), celah sinaps (ruang antara prasinaps dengan pascasinaps), dan pascasinaps (bagian dendrit).
Pada celah sinaps terdapat substansi kimia neurotransmiter untuk mengirimkan impuls.
Neurotransmiter dapat bersifat eksitasi (meningkatkan impuls) atau inhibisi (menghambat impuls).


Sinapsis

D. Impuls Saraf, Gerak Sadar, dan Refleks
Impuls saraf adalah rangsangan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron menjalari serabut saraf.
Impuls akan menyebabkan terjadinya gerakan.
Gerak sadar (disengaja/disadari):  impuls > reseptor/indra > saraf sensoris > otak > saraf motor > efektor/otot
Gerak refleks (tidak disengaja/tidak disadari):  Impuls > reseptor/indra > saraf sensoris > sumsum tulang belakang > saraf motor > efektor/otot

E. Mekanisme Penghantaran Impuls
Impuls yang diterima oleh reseptor dihantarkan oleh dendrit menuju badan sel saraf dan akson, kemudian dihantarkan ke neuron lainnya.
Neuron dalam keadaan istirahat memiliki energi potensial membran untuk bekerja mengirim impuls. Energi tersebut dihasilkan oleh perbedaan komposisi ion intraseluler dan ekstraseluler.
Di dalam sel, kation (ion positif) utama adalah K+, dan Na+ rendah. Di luar sel, kation utamanya Na+. K+ rendah.
Energi dipertahankan dengan cara pompa K+ ke dalam sel dan Na+ ke luar sel.

Tahap penghantaran impuls
Tahap istirahat (polarisasi). Neuron tidak menghantarkan impuls, ekstraseluler bermuatan positif (+) dan intraseluler bermuatan negatif (-).
Tahap depolarisasi. Neuron mendapat rangsang, saluran Na+ terbuka dan Na+ masuk ke dalam sel. Terjadi perubahan muatan listrik: ekstraseluler bermuatan negatif, intraseluler bermuatan positif.
Tahap repolarisasi. Saluran Na+ tertutup, saluran K+ terbuka sehingga K+ keluar. Kondisi akan kembali seperti tahap istirahat.

F. Sistem Saraf Pusat (SSP)
Terdiri atas otak (serebral) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Keduanya dilapisi jaringan ikat yang disebut meninges, yang terdiri atas:
Pia meter, lapisan paling dalam dan mengandung pembuluh darah.
Araknoid, lapisan tengah dan mengandung sedikit pembuluh darah.
Dura meter, lapisan terluar yang terdiri atas dua lapisan. Lapisan terluar melekat pada kranium.
Otak dan medula spinalis memiliki substansi abu-abu (bagian luar) dan substansi putih (bagian dalam).

1. OTAK
         Tersusun dari 100 milyar neuron yang terhubung oleh sinapsis membentuk anyaman kompleks.
Bagian-bagian otak:
(1) Serebrum (otak besar). Mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak. Bagian terluarnya disebut korteks serebral, dan bagian dalamnya disebut nukleus (ganglia) basal. Area fungsional korteks serebral:
Area motor primer, mengendalikan kemampuan bicara.
Area sensor korteks, meliputi area sensor, area visual, area auditori, area alfaktori, dan area pengecap.
Area asosiasi, meliputi area frontal (pusat intelektual dan fisik), area somatik (pusat interpretasi), area visual, dan area wicara Wernicke.
Nukleus basal merupakan pusat koordinasi motor.


Bagian-bagian otak


Area fungsional serebrum

(2) Diensefalon. Terletak di antara serebrum dan otak tengah. Terdiri atas:
Talamus, berfungsi menerima dan meneruskan impuls ke korteks otak besar, serta berperan dalam sistem kesadaran dan kontrol motor.
Hipotalamus, berfungsi mengendalikan sistem saraf otonom, pusat pengaturan emosi, dan memengaruhi sistem endokrin.
Epitalamus, berperan dalam dorongan emosi.

(3) Sistem limbik, yaitu cincin struktur otak depan yang mengelilingi otak dan berfungsi dalam pengaturan emosi, mempertahankan kelangsungan hidup, pola perilaku soioseksual, motivasi, dan belajar.

Sistem limbik penciuman dan respons emosional

(4) Mesensefalon (otak tengah), menghubungkan pons dan serebelum (otak kecil) dengan otak besar, berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks, serta meneruskan informasi penglihatan dan pendengaran.
(5) Pons Varolii (jembatan varol), mengatur frekuensi dan kekuatan bernapas.
(6) Serebelum (otak kecil), mempertahankan keseimbangan, kontrol gerakan mata, meningkatkan kontraksi otot, serta koordinasi gerakan sadar yang berkaitan dengan keterampilan.
(7) Medula oblongata, berfungsi dalam pengendalian ferkuensi denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, gerakan alat pencernaan makanan, menelan, muntah, sekresi kelenjar pencernaan, dan mengatur gerak refleks.
(8) Formasi retikuler, berfungsi memicu dan mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran.

2. MEDULA SPINALIS (SUMSUM TULANG BELAKANG)
Berfungsi mengendalikan aktivitas refleks, komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh, serta menghantarkan rangsangan koordinasi antara otot dan sendi ke serebelum.
Substansi abu-abu mengisi struktur dalam dan substansi putih mengisi struktur bagian luar.





Struktur medua spinalis

G. Sistem Saraf Tepi (SST)

1. Saraf kranial
Saraf olfaktori (CN I) Indra penciuman
Saraf optik (CN II) Indra penglihatan
Saraf okulomotor (CN III) Impuls dari dan ke otot mata
Saraf troklear (CN IV) Impuls dari dan ke otot sadar mata
Saraf trigeminal (CN V) Impuls otot mastikasi, wajah, hidung, dan mulut
Saraf abdusen (CN VI) Impuls dari dan ke otot rektus lateral mata
Saraf fasial (CN VII) Impuls ekspresi wajah, lidah, kelenjar air mata dan saliva
Saraf vestibulokoklear (CN VIII) Impuls dari indra pendengaran
Saraf glosofaring (CN IX) Impuls otot bicara, menelan, kelenjar liudah, rasa pada lidah
Saraf vagus (CN X) Impuls organ pada toraks dan abdomen
Saraf aksesori spinal (CN XI) Impuls faring, laring, trapezius, dan sternokleidomastoid
Saraf hipoglosal (CN XII) Impuls dari dan ke otot lidah

2. Saraf spinal
    Terdiri atas 31 pasang saraf yang muncul dari segmen-segmen medula spinalis dan diberi nama sesuai nama ruas tulang belakang.
Berdasarkan arah impuls, SST dibagi menjadi divisi aferen (membawa informasi dari reseptor ke SSP dan divisi eferen (membawa instruksi dari SSP ke organ efektor.
Divisi eferen: sistem saraf somatik (neuron motor pada otot rangka) dan sistem saraf otonom (neuron motor pada otot polos)
Sistem saraf otonom: sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.

Perbedaan saraf simpatis dengan parasimpatis

H. Gangguan Sistem Saraf

Meningitis, radang selaput otak karena infeksi bakteri atau virus.
Ensefalitis, peradangan jaringan otak, biasanya disebabkan oleh virus.
Neuritis, gangguan saraf tepi akibat peradangan, keracunan, atau tekanan.
Rasa baal (kebas) dan kesemutan, gangguan sistem saraf akibat gangguan metabolisme, tertutupnya aliran darah, atau kekurangan vitamin neurotropik (B1, B6, dan B12).
Epilepsi (ayan), penyakit serangan mendadak karena trauma kepala, tumor otak, kerusakan otak saat kelahiran, stroke, dan alkohol.
Alzheimer, sindrom kematian sel otak secara bersamaan.
Gegar otak, bergeraknya jaringan otak dalam tengkorak menyebabkan perubahan fungsi mental atau kesadaran.
II. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)

Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar dan organ yang memproduksi hormon, yaitu senyawa organik pembawa pesan kimiawi di dalam aliran darah menuju sel atau jaringan tubuh.
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi mengatur aktivitas tubuh seperti metabolisme, homeostasis, pertumbuhan, perkembangan seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur, serta siklus nutrisi.
A. Karakteristik Kelenjar Endokrin

Tidak memiliki saluran dan menyekresikan hormon langsung ke dalam cairan di sekitar sel.
Menyekresi lebih dari satu jenis hormon, kecuali kelenjar paratiroid.
Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi banyak pembuluh darah dan ditopang oleh jaringan ikat.
Masa aktif kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon berbeda-beda.
Sekresi hormon dapat distimulasi atau dihambat oleh kadar hormon lainnya dan senyawa nonhormon dalam darah, serta impuls saraf.
B. Kelenjar Endokrin dan Sekresi Hormon
1. HIPOFISIS (PITUITARI)
a. Lobus anterior, menghasilkan hormon:

Hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH): Mengendalikan pertumbuhan sel, tulang, dan kartilago; mengatur laju sintesis protein; serta mengatur pemakaian lemak.
Hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormone/TSH): meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kelenjar tiroid (gondok), laju produksi hormonnya (tiroksin), dan metabolisme sel.
Hormon adrenokortikotropik (Adrenocorticotropic Hormone/ACTH): merangsang kelenjar korteks adrenal untuk menyekresi glukokortikoid.
Hormon gonadotropin:  1. Follicle Stimulating Hormone (FSH): menstimulasi pertumbuhan foliker ovarium dan memproduksi hormon estrogen (wanita); menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan spermatozoa (laki-laki).    2. Luteinizing Hormone (LH): bekerjasama dengan FSH menstimulasi produksi estroge, berperan dalam ovulasi dan sekresi progesteron (wanita); menstimulasi produksi testosteron (laki-laki)
b. Lobus intermedia, menghasilkan endorfin (mengilangkan nyeri alamiah, merespon stres, dan             aktivitas seperti olahraga) dan Melanocyte Stimulating Hormone (MSH) (merangsang pembentukan   pigmen dan penyebaran sel penghasilnya (melanosit) pada epidermis.
c. Lobus inferior, menghasilkan Antidiuretic Hormone (ADH) (menurunkan volume air yang hilang     dalam urine) dan oksitosin (menstimulasi kontraksi otot polos saat melahirkan dan pengeluaran ASI   pada ibu menyusui.

2. TIROID (KELENJAR GONDOK)

Menghasilkan hormon tiroksin (meningkatkan laju metabolisme sel, menstimulasi konsumsi oksigen, meningkatkan pengeluaran energi panas, serta mengatur pertumbuhan dan perkembangan normal tulang, gigi, jaringan ikat, dan saraf) dan triiodotironin.
3. PARATIROID (KELENJAR ANAK GONDOK)

Menghasilkan hormon parathormon (parathyroid Hormone/PTH) untuk mengendalikan keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui stimulasi aktivitas osteoklas (sel penghancur tulang), aktivasi vitamin D, dan stimulasi reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
4. ADRENAL (SUPRARENALIS/ANAK GINJAL)

Adrenal bagian medula menghasilkan adrenalin (epinefrin) (meningkatkan frekuensi jantung, metabolisme, dan konsumsi oksigen) dan noradrenalin (norepinefrin) (meningkatkan tekanan darah dan menstimulasi otot jantung).
Adrenal bagian korteks menghasilkan aldosteron (mengatur keseimbangan air dan elektrolit), glukokortikoid (memengaruhi metabolisme glukosa, protein, lemak, dan menjaga membran lisosom), dan gonadokortikoid (sebagai prekursor pengubahan testosteron dan estrogen oleh jaringan lain.
5. PANKREAS

Menghasilkan hormon glukagon (meningkatkan penguraian glikogen di hati menjadi glukosa, dan sintesis glukosa dari sumber nonkarbohidrat), insulin (menurunkan katabolisme lemak dan protein, menurunkan kadar gula darah, serta meningkatkan sintesis protein dan lemak), somatostatin (penghalang hormon pertumbuhan dan penghambat sekresi glukagon dan insulin), dan polipeptida pankreas (fungsi belum diketahui)
6. PINEAL (EPIFISIS SEREBRI)
Menghasilkan melatonin yang berpengaruh pada pelepasan gonadotropin dan menghambat produksi melanin.
7. TIMUS
Menghasilkan timosin untuk pengendalian perkembangan sistem imun.
8. OVARIUM, TESTIS DAN PLASENTA
Ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron; testis menghasilkan testosteron; plasenta menghasilkan gonadotropin korion, estrogen, progesteron, dan somatotropin.


Kelenjar endokrin pada manusia

III. PERBEDAAN SISTEM SARAF DENGAN SISTEM ENDOKRIN

IV. SISTEM INDRA

Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor dan mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf.
Aksesori mata: alis, orbita, kelopak mata, otot mata, dan air mata.
A. Indra Penglihat (Mata)
Struktur mata

Lapisan luar bola mata: tunika fibrosa, sklera, dan kornea (untuk mentransmisikan dan memfokuskan cahaya).
Lapisan tengah bola mata: koroid, badan siliari, iris (bagian yang berwarna, mengendalikan diameter pupil), dan pupil (ruang terbuka yang dilalui cahaya)
Lensa, struktur bikonveks yang bening.
Rongga mata, ruang anterior berisi aqueous humor (mengandung nutrisi untuk lensa dan kornea) dan ruang posterior berisi vitreous humor (mempertahankan bentuk bola mata dan posisi retina terhadap kornea).
Retina, lapisan paling dalam, tersusun dari:
Bagian luar, terpigmentasi dan menyimpan vitamin A
Bagian dalam, terdapat sel batang (berpigmen rodopsin, tidak sensitif terhadap warna) dan sel kerucut (berpigmen iodopsin, sensitif terhadap warna).
Lutea makula
Fovea sentralis (bintik kuning). Jika bayangan benda tepat jatuh di bintik kuning, bayangan akan terlihat jelas.
Saraf mata, terhubung di sisi superior kelenjar hipofisis.
Bintik buta, bagian yang tidak mengandung fotoreseptor.


Anatomi mata manusia


1. MEKANISME MELIHAT

Cahaya yang dipantulkan oleh benda ditangkap mata, menembus kornea dan pupil.
Inttensitas cahaya diatur oleh pupil, lalu cahaya diteruskan menembus lensa mata ke retina.
Daya akomodasi mata mengatur cahaya agar tepat jatuh di bintik kuning retina.
Impuls cahaya disampaikan saraf optik ke otak.
Cahaya akan diinterpretasikan sehingga kita bisa mengetahui apa yang kita lihat.
Titik jauh: jarak benda terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas.
Titik dekat: jarak benda terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas.
2. ADAPTASI TERHADAP GELAP DAN TERANG

Adalah penyesuaian penglihatan secara otomatis terhadap intensitas cahaya yang memasuki retina saat bergerak dari tempat gelap ke tempat terang, atau sebaliknya.
Dalam cahaya terang, semua rodopsin akan terurai dengan cepat dan hanya tersisa sedikit. Berpindah tempat dari terang ke gelap akan membutuhkan waktu untuk menyintesis ulang rodopsin agar dapat melihat jelas pada kondisi gelap.
Sintesis rodopsin dan iodopsin perlu vitamin A.
Pupil akan melebar dalam ruang gelap dan menyempit dalam ruang terang
3. GANGGUAN/KELAINAN MATA

Miopia (rabun dekat)
Hipermetropia (rabun jauh)
Presbiopia
Kebutaan
Kerabunan
Rabun senja
Buta warna
Katarak
Astigmatisma
Mata juling (strabismus)
B. Indra Pembau (Hidung)

Hidung memiliki kemoreseptor olfaktori untuk menerima rangsangan berupa bau atau zat kimia yang berbentuk gas.
Epitelium olfaktori mengandung sel penunjang, sel basal, dan sel olfaktori.
Mekanisme mencium bau: gas masuk ke hidung  larut pada selaput mukosa  merangsang silia sel reseptor  rangsangan diteruskan ke otak untuk diolah  jenis bau dapat diketahui.
Gangguan indra pembau: hiposmia dan anosmia, hiperosmia, sinusitis, dan polip.

Epitelium olfaktori
C. Indra Pengecap (Lidah)

Lidah memiliki kemoreseptor berupa kuncup pengecap yang terdapat pada papila lidah langit-langit lunak, epiglotis, dan faring.
Bentuk papila: filiformis (kerucut), fungiformis (bulat), sirkumvalata (menonjol dan tersusun seperti huruf V), dan foliata (seperti daun).
Area kepekaan rasa:
Rasa manis, di ujung lidah.
Rasa asin, reseptor banyak di bagian samping.
Resa asam, bagian samping lidah agak ke belakang.
Rasa pahit, bagian belakang pangkal lidah.
D. Indra Pendengar (Telinga)
Struktur telinga

Telinga luar: pinna/aurikula (daun telinga) dan membran timpanum (gendang pendengar).
Telinga tengah: tabung Eustachius (penghubung telinga dengan faring, berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpanum) dan osikel auditori (tulang pendengaran maleus (martil), inkus (landasan), dan stapes (sanggurdi)).
Telinga dalam: labirin tulang (terbagi menjadi vestibula (mengandung reseptor keseimbangan tubuh), kanalis semisirkularis (tiga saluran setengah lingkaran), dan koklea (mengandung reseptor pendengaran)) dan labirin membranosa (terdiri dari utrikulus dan sakulus yang dihubungkan oleh duktus endolimfa).
1. MEKANISME MENDENGAR
Gelombang bunyi ditangkap daun telinga > ke kanal auditori eksternal > membantuk getaran pada membran timpanum > ke osikel auditori > ke fenestra vestibuli > terbentuk gelombang tekanan pada perilimfa skala vestibuli > ke skala timpani > getaran pada membran basilar > sel-sel rambut melengkung > memicu impuls saraf > ke serabut saraf vestibulokoklear (CN VIII) > ke korteks auditori di otak > bunyi diinterpretasikan.
2. PERANAN TELINGA DALAM KESEIMBANGAN
a. Ekuilibrium statis: kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya gravitasi jika tubuh diam.

Reseptor yang berperan: makula pada dinding utrikulus dan sakulus. Makula terdiri atas sel penunjang dan sel rambut. Kumpulan sel rambut membentuk masa gelatin yang mengandung otolit.
Jika posisi kepala tegak lurus, otolit berada di puncak sel rambut. Jika kepala miring arah otolit berubah dan sel rambut melengkung  aktivasi sel reseptor  ke saraf vestibulokoklear.
b. Ekuilibrium dinamis: kesadaran akan posisi kepala saat merespons gerakan.

Reseptor yang berperan: ampula yang berisi krista, pada duktus semisirkular.
Krista terdiri atas sel penunjang dan sel rambut yang menonjol membentuk lapisan gelatin kupula
3. GANGGUAN INDRA PENDENGAR

Tuli (tuna rungu)
furunkulosis
otitis media
mastoiditis.
E. Indra Peraba (Kulit)
Reseptor sensor pada kulit:

Korpuskula Pacini, mendeteksi tekanan yang dalam (kuat) dan getaran.
Korpuskula Meissner, mendeteksi sentuhan.
Cakram Merkel, mendeteksi sentuhan dan sebagai reseptor raba yang beradaptasi lambat.
Korpuskula Ruffini, reseptor tekanan dan tegangan di sekitar jaringan ikat.
Ujung bulbus Krause, mendeteksi tekanan sentuhan, kesadaran posisi, dan gerakan.
Ujung saraf bebas, mendeteksi rasa nyeri, sentuhan ringan, dan suhu (panas/dingin).
F. PENGARUH NAPZA TERHADAP SISTEM KOORDINASI


A. Pengertian NAPZA

NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif, yaitu zat-zat yang jika dikonsumsi akan memengaruhi sistem saraf pusat.
Narkotika: zat/obat yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi/menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika: zat/obat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas normal dan perilaku.
Zat adiktif: zat/obat yang dapat menyebabkan ketagihan.
B. Jenis NAPZA

Stimulan, dapat merangsang sistemsaraf pusat dan menyebabkan organ tubuh bekerja lebih cepat. Penggunanya lebih bertenaga serta lebih senang dan gembira untuk sementara waktu. Contoh: amfetamin, ekstasi, kokain, kafein, dan alkohol.
Depresan, menekan/mengurangi kerja sistem saraf sehingga menurunkan aktivitas pemakainya menjadi lambat atau tertidur. Contoh: opiat, barbiturat, alkohol, dan ganja.
Halusinogen, mengacaukan sistem saraf pusat, memberi mengaruh halusinasi berlebihan, dan khawatir berlebihan. Contoh: ganja, bunga kecubung, lem, bensin, dan jamur kotoran sapi.
C. Dampak Buruk Penyalahgunaan NAPZA
Gangguan fisik

Jumlah zat yang sama tidak mampu menghasilkan rasa atau akibat yang sama.
Gejala berhenti menggunakan obat: rasa sakit di sekujur tubuh.
Mengacaukan denyut nadi, jantung, dan paru-paru.
Psikologis

Kemampuan berpikir rasional menurun drastis.
Ketergantungan psikologis
Gangguan mental dan emosional
Ekonomi

Butuh biaya besar untuk memenuhi ketergantungan terhadap obat-obatan.
Kerugian dalam berbagai aspek, seperti kemanan, biaya kesehatan, dan kesempatan pendidikan.
Sosial

Rusuknya hubungan kekeluargaan dan pertemanan.
Berpengaruh pada kesehatan masyarakat.
D. Kiat-kiat Menghindari Penyalahgunaan NAPZA

Tidak mencoba-coba menggunakan obat terlarang.
Meyakinkan diri tidak membutuhkan NAPZA dalam menghadapi persoalan hidup.
Membatasi pergaulan dengan kelompok pengguna NAPZA.


sumber:https://dataspellarchives.blogspot.com/

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget